Apa itu Zuhud?
Dan bagaimana caranya
agar bisa zuhud?
Ibnul
Qoyim menyebutkan definisi zuhud dan wara’ yang pernah beliau dengar dai
gurunya, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah.
Saya
mendengar Syaikhul Islam – semoga Allah mensucikan ruhnya – pernah mengatakan,
“Zuhud
adalah meninggalkan sesuatu yang tidak bermanfaat untuk kehidupan akhirat.” Dan
“Wara’ adalah meninggalkan sesuatu yang dikhawatirkan membahayakan bagi
kehidupan di akhirat.”
Kemudian
Ibnul Qoyim menegaskan,
Ungkapan
ini adalah definisi terbaik dan paling mewakili untuk kata zuhud dan wara’. (Madarij
as-Salikin, 2/10).
Berdasarkan
pengertian di atas, zuhud lebih tinggi derajatnya dibandingkan wara’. Karena
zuhud pasti wara’ dan tidak sebaliknya.
Zuhud dalam al-Quran
Sebagian
ulama menyebutkan bahwa zuhud telah Allah jelaskan dalam al-Quran melalui
ayat-Nya,
(Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu
jangan bersedih terhadap apa yang tidak kamu dapatkan, dan supaya kamu jangan
terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak
menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri. (QS. Al-Hadid: 23)
Memahami
ayat di atas, Imam al-Junaid mengatakan,
Orang
yang zuhud tidak menjadi bangga karena memiliki dunia dan tidak menjadi sedih
karena kehilangan dunia. (Madarij as-Salikin, 2/10).
Zuhud tidak Harus
Miskin
Zuhud
adalah amal hati, sehingga yang bisa menilai hanya Allah. Karena itu, kita
tidak bisa menilai status seseorang itu zuhud ataukah tidak zuhud, hanya semata
dengan melihat penampilan luar. Kekayaan dan harta yang dimiliki, bukan standar
zuhud. Orang bisa menjadi zuhud, sekalipun Allah memberikan banyak kekayaan
kepadanya.
Kita
tidak memungkiri bahwa para Nabi yang Allah beri kerajaan, seperti Yusuf, Daud,
atau Sulaiman, mereka adalah manusia-manusia yang sangat zuhud.
Allah berfirman tentang sifat Nabi Daud,
Ingatlah
hamba-Ku Daud, pemilik kekuatan (dalam melakukan ketaatan). Sesungguhnya
beliau awwab (orang yang suka kembali kepada Allah). (QS.
Shad: 17)
Allah juga berfirman tentang Sulaiman,
Kami
anugerahkan anak kepada Daud yang namanya Sulaiman. Sebaik-baik hamba.
Sesungguhnya dia awwab (orang suka kembali kepada Allah). (QS.
Shad: 30)
Kemudian, Allah berfirman tentang Ayub,
“Kami dapati Ayub adalah orang yang sabar.
Sebaik-baik hamba. Sesungguhnya dia orang yang awwab (suka
kembali kepada Allah).” (QS. Shad: 44).
Anda
bisa perhatikan, ketiga nabi mulia dengan ujian yang berbeda, Allah gelari
mereka semua dengan kata ‘Awwab’. Daud dan Sulaiman ‘alaihimas
salam diuji dengan kekayaan, sementara Ayyub diuji dengan kemiskinan.
Cara Agar bisa Zuhud
Hasan al-Bashri – ulama senior masa tabii’in – pernah
ditanya,
“Apa rahasia zuhud anda terhadap dunia?”
Jawab beliau,
·
Aku yakin bahwa
rizkikku tidak akan diambil orang lain, sehingga hatiku tenang dalam
mencarinya.
·
Saya yakin bahwa
amalku tidak akan diwakilkan kepada orang lain, sehingga aku sendiri yang sibuk
menjalankannya.
·
Aku yakin bahwa Allah
selalu mengawasi diriku, hingga aku malu merespon pengawasannya dengan
melakukan maksiat.
·
Aku yakin bahwa
kematian menantiku. Sehingga aku siapkan bekal untuk ketemu Allah…
Semoga
Allah membimbing kita untuk mengambil bagian dari sifat zuhud itu.
Allahu
a’lam.
0 komentar:
Posting Komentar